Kamis, 29 Januari 2015

KESEHATAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF TOKOH BARAT DAN ANALISIS DENGAN SEHAT MENTAL DALAM PANDANGAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAAN

Dalam kehidupan modern ini telah kita rasakan dan kita lihatkan tentang arus globalisasi dan moderinsasi yang telah melahirkan  berbagai dampak yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.  Dalam hal ini manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, yang diciptakan secara sempurna yang dikarunia akal pikiran  untuk berfikir mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Kesehatan mental selalu mempersoalkan  mental yang dimilki seseorang  apakah bermasalah  ataukah memiliki  kehidupan rohani  yang sehat. Hal ini sangat penting dalam kehidupan sehari hari yang selalu bersinggungan dengan masyarakat. Berbagai tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli ilmu jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat sekalipun dalam kondisi yang sama.
Kematangan dan kesehatan mental berhubungan erat antara satu sama lainnya dan saling tergantung. Apabila kita bicara tentang keduanya secara terpisah maka hanya sekadar untuk memudahkan penganalisaannya. Karena sangat sulit untuk membanyangkan seseorang yang matang dari segi sosial dan tidak matang dari segi kejiwaan.
Dalam makalah yang sederhan ini, penulis nanti akan membahas tentang kesehatan mental dalam perspektif tokoh barat dan Islam. Dimana penulis akan mencoba belajar untuk menemukan  perbedaan yang mendasar dalam mengkaji hal tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Ilmu Kesehatan Mental dan Kesehatan mental
Sehat secara umum dapat dipahami  sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas  dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan  di Indonesia menurut UU No. 23/1992  menyatakan  bahwa sehat adalah suatu  keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial  dimana  memungkinkan  setiap manusia untuk  hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis.[1]
Jasmani dikatakan sehat apabila  energi  yang ada mencukupi, daya tahan yang ada mencukupi, memiliki kekuatan untuk menjalankan aktivitas dan konidsi badan terasa nyaman dan sehat. 
Apabila  ditinjau dari etimologinya, kata mental berasal dari kata  latin, yaitu “Mens” atau mentis artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygien, yang bearti ilmu kesehatan. Maka  kesehatan mental merupakan bagian  dari hygiene mental.[2]
Mental sehat tidak dapat lepas dari pemahaman mengenai sehat dan sakit secara fisik. Berbagai  penelitian  telah mengungkapkan  adanya hubungan antara  kesehatan fisik dan mental individu, dimana pada individu  keluhan medis  menunujukkan  adanya masalah psikis  hingga taraf ganguan  mental. Sebaliknya, individu  dengan  gangguan mental  juga menunjukkan  adanya gangguan fungsi fisiknya.
Jasmani yang sehat ditandai oleh ciri –ciri sebagai berikut:  punya energy yang cukup, ada stamina, memiliki kekuatan untuk bekerja, dan badan senantiasa merasa nyaman sehat. Sedang orang yang memilki  mental sehat ditandai  dengan  sifat-sifat  yang khas. Mempunyai kemampuan-kemampuan untuk bertindak  secara efisien, memilki tujuan-tujuan hidup yang  jelas, punya konsep diri yang sehat, ada koordinasi anatara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memilki regulasi diri dan integrasi kepribadian, dan batinya selalau tenang.[3]

Istilah “Kesehatan mental” telah menjadi popular di kalangan orang-orang terpelajar, seperti istilah-istilah ilmu jiwa lainya, misalnya kompleks jiwa, sakit saraf dan hysteria, banyak  dianatra mereka menggunakan  kata-kata tersebut baik pada tempatnya atau tidak dalam pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah dan istilah-istilah tersebut.[4] 

Salah satu definisi Kesehatan Mental adalah kemamapuan yang dimiliki  oleh seseorang  untuk menyesuaikan  diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Menurut definisi ini  seseorang dikatakan  bermental sehat apabila  ia menguasai  dirinya sendiri  sehingga terhindar  dari tekanan-tekanan  perasaan atau hal-hal yang menyebabkan frustasi. Untuk mencapai kesehatan mental ini, kita harus mengenal  diri sendiri  dan bertindak  sesuai kemampuann  dan kekurangan  diri kita. Hal ini berarti bukan mengabaikan orang lain.[5]
B.     Pengertian Kesehatan  mental Perspektif Abraham Maslow 
Pandangan Maslow mengenai manusia  bahwa manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan  alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri. Manusia memiliki kebebasan  untuk berkehendak, memilki kesadaran  untuk memilih serta memiliki harapan. Maslow percaya bahwa  kesempurnaan  manusia tidak akan tercapai, tetapi  ia menyakini  bahwa manusia mampu  untuk terus berkembang  dengan luar biasa. Manusia mempunyai potensi  untuk menjadi aktual, karena  kebanyakan manusia  akan berjuang  hidupnya  untuk memperoleh makan,rasa aman, ataupun cinta.[6]
Kesehatan mental yang penulis buat mengenai pendekatan Abraham Maslow  yang merupakan pendekatan mental mengenai  kebutuhan manusia. Sebelum lebih jauh membahas kesehatn mental menurut  Abraham Maslow. Akan sedikit paparkan tentang  kebutuhan manusia menurut Maslow. Kebutuhan manusia dapat diartikan sesuatu yang diinginkan atau diperlakukan dalam kehidupan manusia. Ada kebutuhan berti  ada kekurangan kebutuhan tersebut.[7]
            Kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari:

a.             Kebutuhan biologis
b.            Kebutuhan psikologis
c.             Kebutuhan sosiologis
d.            Kebutuhan metafisis
Kebutuhan biologis berarti sesuatu  yang diperlukan  untuk  hidup, kebutuhan fisiologis sesuatu yang diperlukan  untuk tumbuhnya organisme terutama diawal kehidupan sehingga mencapai bentuk yang khas. Untuk mencapai fisik yang sehat membutuhkan  berbagai  sarana  yang seimbang.
Kebutuhan  psikologis berarti  yang diushakan individu  untuk memenuhi dorongan-dorongan  yang sesuai  dengan keingianan, selera, sehingga,  memuaskan  jiwa/mentalnya.
Kebutuhan sosiologis berarti manusia  sebagai makhluk  individu sebagai makhluk sosia, maka terjadi  interaksi sosial, saling membutuhkan tolong menolong, bersahabat, bercinta, mereka saling  mengutamkan kerukunan. Bagi Individu yang sehat  mentalnya  dalam berinteraksi menerima pengaruh-pengaruh secara selektif, bahkan dapat memberi andil  dalam  menegakkan kerukunan yang positif dan inovatif.
Kebutuhan metafisis berarti manusia  mempunyai sifat dinamis, otonomi kemerdekaan.  Dengan kemampuan itu  manusia  membuat kemungkinan  masa mendatang, membuat rencana yang berarti. Empat kebutuahan itu dalam pelaksanakanya  jalin-menjalin yang mempengaruhi  pembentukan kepribadian.
Berkenaan dengan pribadi normal dan sehat, Dr. Kartini kartono mengutip principles of Abnormal Psychology karangan Maslow dan Mittlema, yaitu sebagai berikut:
1.      Memiliki rasa aman (sense of security)  yang tepat, mamapu berhubungan  orang lain dalam bidang kerja, pergaulan, dan dalam lingkungan keluarga.
2.      Memiliki penilaian (self Evaluation) dan wawasan diri yang rasional  dengan harga diri yang berlebihan, memilki kesehatan secara moral dan tidak dihinggapi rasa bersalah.
3.      Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat. Dia mamapu  menjalin relasi yang erat, kuat dan lama  seperti persahabatan  komunikasi sosial dan menguasai diri sendiri. Penuh tenggang rasa terhadap orang lain.
4.      Mempunyai kontak dengan realtas secara  efisien tanpa  ada  fantasi dan angan-angan  yang berlebihan.
5.      Memilki dorongan dan nafsu  jasmaniah  yang sehat dan mamapu memuaskannya dengan cara sehat, namun  tidak dipermudak nafsu sendiri.
6.      Mempunyai pengetahuan  diri yang cukup dengan memiliki  motif  hidup sehat dan kesadaran yang tinggi.
7.      Memilki tujuan  hidup yang tepat, wajar, dan realistis sehingga bisa dicapai  dengan kemamapuan sendiri serta memiliki keuletan  dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat  bagi dirisendiri  maupun bagi masyarakat pada umumunya.
8.      Memiliki kemampuan  belajar dari pengalaman  hidup dalam mengolah  dan menerima pengalamnay dengan sikap luwes.
9.      Memiliki kesanggupan untuk mengekang  tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya sebab  dia memeiliki kesamaan kebutuhan dengan orang lain.
10.   Memiliki sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompok dan kebudayaan.
11.  Memeiliki integritas dalam kepribadianya, yaitu kebulatan jasmaniah dan rohaniahnya.
Sehingga Kesehatan mental menurut Maslow adalah pribadi  yang sehat  adalah pribadi yang tingkat kebutuhanya terpenuhi baik kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan ingin memiliki dan cinta, kebutahan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri

C.    Hierarki  Kebutuhan Perspektif Abraham Maslow 
Kebutuhan manusia itu sangat kompleks, namun dapat dicermati  dari macamnya. Hierarki kebutuhan  diajukan oleh tokoh psikologi  humanistik  yaitu Abraham H Maslow.  Pada dasarya Maslow membagi kebutuhan manusia  tediri atas: pertama,kebutuahan timbul karena adanya kekurangan, pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya tergantung apada orang lain.  Pemenuhan  kebutuhan ini  dimulai dari tingkat terbawah, bila berhasil akan dilanjutkan keperingkat yang makin atas. Untuk  memenuhi tahap  demi tahap memerlukan keshatan mental yang sehat, ulet,  dan gigih. Jadi tidak semua individu meraih  tujuh tahapan melainkan pencapaian pemenuhan kebutuhan itu dipenagaruhi segala kemamapuan yang dimiliki. Kemamapuan mental, ketrampilan, keuletan  dan lain-lain.
Hierarki kebutuhan Maslow

D.    Kesehatan Mental dalam perspektif Agama Islam
Mental mempunyai pengertian yang sama dengan jiwa, nyawa, sukma, roh dan semangat. Prof.Dr. Hj Zakiyah Darajat, mengartikan kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala pcnyakit jiwa. Dengan demikian dapat diartikan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa.
Banyak teori yang dikemukan oleh ahli jiwa tentang kesehatan mental, misalnya teori humamisme. Sungguhpun demikian teori tersebut memiliki batasan-batasan dan tidak menyentuh seluruh dimensi (aspek) dan aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk multidimensional dan multipotensial. Manusia sebagai makhluk multidimensional setidak-tidaknya memiliki dimensi jasmani, rohani, agama, akhlak, sosial, akal, dan seni (estetika). Sedangkan sebagai makhluk multi potensial manusia memiliki potensi yang amat banyak yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya yang dalam islam terkandung dalam asma ulhusna. Salah satunya adalah agama.
Islam memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam.
Menurut pandangan islam orang sehat mentalnya ialah orang yang berperilaku, berfikir dan persaanya mencerminkan sesuai dengan ajaran islam.
Adapun al-Ghazali mengistilahkan kesehatan  jiwa itu dengan tazkiyat al nafs yang artinya identik dengan iman dan takwa sebagai yang telah dijelaskan. Ia mengartikan tazkiyat al nafs itu dengan ilmu penyakit jiwa dan sebab musababnya, serta ilmu tentang pembinaan dan pengembangan hidup kejiwaan manusia, suatu pengertian yang identik dengan kesehatan jiwa.
Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah
(QS An Nahl 16:97)

Artinya : “ Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.

Pengertian tersebut tidak terbatas pada konsepnya pada gangguan dan penyakit kejiwaan serta perawatan dan pengobatannya, tetapi juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa manusia setinggi mungkin menuju kesehatan dan kesempurnaannya sesuai dengan arti kata tazkiyat itu sendiri dalam pendidikan al-Qur’an. Dengan demikian kesehatan jiwa itu juga identik bagi al-Ghazali dengan keimanan dan ketakwaan dalam arti tazkiyat al nafs. Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat ditegaskan bahwa iman dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat sekali dengan soal kejiwaan. Iman dan takwa itulah arti psikologi dan kesehatan mental yang sesungguhnya bagi manusia  dalam Islam.
Dalam pengertian yang amat sederhana mental itu sudah dikenal sejak manusia pertama (Adam), karena Adam as merasa berdosa yang menyebabkan jiwanya gelisah dan hatinya sedih. Untuk menghilangkan kegelisahan dan kesedihan tersebut, ia bertaubat kepada Allah dan taubatnya diterima serta merasa lega kembali. Musthafa Fahmi, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Mahmud, menemukaan dua pola dalam kesehatan mental:
Pertama, pola negatif (salabiy), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amarah al-ashabiyah) dan psikosis (al-amaradh al-dzibaniyah).
Kedua, pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya. Pola yang kedua ini lebih umum dan lebih luas dibandingkan dengan pola pertama[9]
Indikator Kesehatan Mental Menurut Al-Ghazali didasarkan kepada seluruh aspek kehidupan manusia baik habl min Allah, habl min al-nas, dan habl min al-alam. Menurutnya ada tiga indikator yang menantukan kesehatan mental seseorang yaitu:
a)      Keseimbangan yang terus menerus antara jesmani dan rohani dalam, kehidupan manusia.
b)      Memiliki kemuliaan akhlak dan kezakiyahan jiwa, atau memiliki kualitas iman dan takwa yang tinggal
c)      Memiliki makrifat tauhid kepada Allah.





BAB III
PENUTUP
Kesehatan mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah yang amat penting karena menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
Hal itu karena yang bisa menjamin kebahagian manusia tersebut adalah kejiwaan, kesehatan dan keberagamaan yang dimiliki manusia. Tiga faktor tersebut sangat sejalan sekali dalam mencapai kebahagian hidup manusia didunia dan akhirat, karena kebahagian yang harus dicapai itu tidak hanya kebahagian didunia melainkan juga kebahagian diakhirat kelak.
Menurut Pandangan Islam kebahagiaan terbagi kepada dua hal, duniawi dan ukhrawi. Disini perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan Islam kedua kebahagiaan itu tidak dapat dipisahkan, sebab kebahagiaan dunia hanyalah jalan kearah kebahagiaan akhirat, sedangkan kebahagiaan akhirat tidak dapat dicapai tanpa usaha didunia. Namun memang tumpuan pembicaraan kita disini adalah kebahagiaan di dunia, dan inilah yang biasanya diberi nama dengan kesehatan mental.




DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Yusak.1999,  Kesehatan Mental,Bandung: Pustaka Seti

Dewi, Kartika  Sari.  2012,  Bahan ajar Kesehatan Mental,  Semarang: UPT Undip Press.
Fahmi, Mustafa 1977. Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang,
Karton,  Kartini, 2000 Hygiene Mental, Bandung: Mandar Maju.
Rahmat Dede, Psikologi Kepribadian dalam konseling
Ramayulis,Haji,2002.  Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Sundari, Siti . 2005Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, Jakarta : Rineka Cipta.





[1]  Kartika  Sari Dewi. Bahan ajar Kesehatan Menta, (Semarang:UPT Undip Press,2012), hal. 10
[2]  Yusak Burhanuddin. Kesehatan Mental,(Bandung: Pustaka Seti, 1999), hal.9
[3]  Kartini Kartono, Hygiene Mental,(Bandung: Mandar Maju, 2000), hal.6
[4] Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) , hal 20
[5] Yusak Burhanuddin. Kesehatan Mental ….hal 11
[6] Dede Rahmat, Psikologi Kepribadian dalam konseling, hal 165
[7] Siti Sundari, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan,( Jakarta : Rineka Cipta, 2005) hal. 28
[8]   QS An Nahl 16:97
[9] Ramayulis,Haji, Psikologi Agama. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.128




1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus