Jumat, 30 Januari 2015

LANDASAN PEDAGOGIE BIMBINGAN KONSELING

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Setelah memahami pengertian bimbingan dan konseling pada materi sebelumnya, kami dalam makalah ini akan menguraikan berbagai hal yang menjadi landasan pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan tersebut meliputi landasan filosofis, religius, psikologis, sosial budaya, pedagogis.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu landasan bimbingan dan konseling ialah landasan psikologis.Landasan ini merupakan hal yang  tidak dapat dipisahkan dengan bidang lainya. Karena landasan ini mengenai perilaku atau kejiwaan dari seseorang.
Paparan tentang tinjauan psikologis tentang manusia, serta hakikat tentang tujuan dan tugas kehidupan manusia. Pemuliaan kemanusiaan manusia sebagai makhluk Tuhan menjadi focus pembahasan. Berdasarkan fenomena yang dideskripsikan dalam latar belakang masalah di atas, berikut : makna landasan psikologis dan kajian psikologis yang perlu dipelajari konselor.


PEMBAHASAN
A.           MAKNA LANDASAN  PSIKOLOGIS
Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
                  1.            Motif dan motivasi
                  2.            Pembawaan dasar dan lingkungan
                  3.            Perkembangan individu
                  4.            Belajar, balikan dan penguatan
                  5.            Kepribadian[1]
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah :
1.         Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.

2.             Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.

3.         Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya :
a.         Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu.
b.         Teori dari Freud tentang dorongan seksual.
c.         Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial.
d.        Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif
e.         Teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral
f.          Teori dari Zunker tentang perkembangan karier
g.         Teori dari Buhler tentang perkembangan social
h.         Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
4.           Belajar
        Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah:
a.          Teori Belajar Behaviorisme
b.         Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi
c.         Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.

5.             Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
a.         Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b.        Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
c.         Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
d.        Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
e.         Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
f.         Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
               Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan     mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.[2]


[1] Prayitno dan Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2008) hal.155

TEORI KEPRIBADIAN BERBASIS STUDI KASUS



I.                   IDENTITAS
a.      Identitas Subjek
Nama                                 : AA
Tanggal Lahir                    : Magelang, 17 Juli 2000
Usia                                   : 13 tahun
Jenis Kelamin                    : Laki-laki
Alamat                              :
Kelas                                 : 6 SD/ II Madrasah Diniyah
Status di keluarga             : anak ke tiga dari tiga  bersaudara

b.      Identitas Keluarga/significant other
Nama
Usia
(tahun)
Pekerjaan
Pendidikan
Tinggal serumah dengan  Subjek
(Ya/Tidak)
Ayah: S
50 Th
Wiraswasta
SD
Tidak
Ibu:  S
41 Th
Ibu Rumah Tangga
SMP
Tidak
Saudara: N
26 Th
Wiraswasta
SD
Tidak
N
18 th
Pelajar
SMP
Tidak

II.                PERMASALAHAN
Ada beberapa permasalahan yang dialami subjek antara lain kurang percaya diri dan grogi ketika di depan kelas. Anak Ini sering kesulitan dalam pelajaran eksak  seperti matematika. Subjek ini merupakan anak yang tinggal dipanti asuhan di salah satu panti di Yogyakarta.  Keseharianaya subjek melakukan kegitan belajar di sekolahan dan belajar di panti. Aktifitasnya dimulai dari pukul 03.00 pagi samapai jam 22.00 malam. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutinitas subjek. Pukul 03.00 pagi anak anak panti mau tidak mau harus bangun. Terkadang hal yang dirasakan subjek selalu di percikan air di mukanya kalau belum bangun. Kebiasaan disiplin selalu ditanamkan di Panti ini. Jadwal atau rutinitas yang sudah rapi memebuat anak harus mengikuti jadwal yang telah dibuat atau disepakati oleh yayasan.  Untuk yang masih sekolah dasar (SD) biasaya mendapat giliran tugas menjadi MC saat pembukaan doa
Biasaya Madin di PAY dimulai pukul 18.00- 20.00 WIB.    
 
Biasaya kalimay yang digunakan adalah kalimat yang sederhana. Kalimat yang digunakan sebagai berikut: “ Jamaah majlis taklim yang dihormati mari kita buka dengan doa, berdoa mulai.
" Kalimat sederhana itu bagi mereka merupakan hal yang terasa berat. Karena mereka mersa canggung ketika berdirti di depan kelas. Pembina dan pemilik yayasan berkeinginan anak panti harus hebat, berani, dan berakhalak yang baik. nPerhatian dari orang tua yang kurang membjat mereka kehilangan percaya diri yang dimilkinya.

III.             LANGKAH-LANGKAH ASESMEN
Prosedur Asesmen
Tabel 1
Prosedur Asesmen
Aspek
Subjek
Metode
Waktu Pelaksanaan
Identifikasi permasalahan

Wawancara tidak terstruktur
11/11/13
12/11/13
13/11/13
14/11/13
15/11/13
Interaksi dengan teman
Subjek di kelas
Observasi non partisipan dengan pencatatan anecdotal record
19/11/13
26/11/13
Profil subjek
Arsip data siswa
Studi dokumen
26/11/13


A.     Hasil Asesmen
1.         Hasil Wawancara
a.      Arif Setyono  (subjek)
Wawancara ke-1
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 11 November 2013.    Wawancara pertama dilakukan setelah KBM Madin selesai. Peneliti  menayakan kabar dari subjek dan aktifitasan keseharianya.


Wawancara ke-2
Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 12  November 2013. Wawancara kedua dilakukan saat KBM berlangsung pada pukul 18.15-19.15 WIB. Hal yang dilakuakan dengan memanggil beberapa santri untuk berdialog dengan peneliti. Tetapi pada dasarnya peneliti memfokuskan pada subjek yang dituju.
Wawancara ke-3-5
Wawancara ketiga samapai kelima dilakukan setelah Madin. Dengan menagadakan pertanyaan terkait kegiatan kesukaaan dan pelajaran yang disukai dan tidak di sukainya. Kemudian subjek mengemukaakan hambatan-hamabatan yang dialaminya.
b.        Walikelas II MDA Awaliyah
Berhubung peneliti merupakan penaggung jawab sementara dikelas ini karena  wali kelas yang sebenarya sudah keluar dari Madin. Untuk mengisi kekosongan hal tersebut. Peneliti menjadi wali kelas sementara.
Hal hal yang ditanyakan berkaitan dengan aspek yang membuat tidak Percaya diri ? Minat yang disukai ?
c.         Teman Subjek
Wawancara dilakukan pada tanggal 19 November 2013, Penelti menayakan kegiatan keseharaian subjek pada temannya. Hal-hal yang disukai dari subjek.

2.         Hasil Observasi
a.      Di Kelas
Selain mengadakan Wawancara peneliti menggunakan metode pengamatan  yang dilakukanya.  Peneliti mengamati gaya bicara subjek yang terbata-bata dan terkadang sering narik nafas  yang kurang teratur.  Anaknya sebenarya aktif tetapi gaya bicaranya terkadang  melantur kemana mana. Kurang kosentrasai juga ketika KBM berlangsung.
b.      Di Luar kelas
Peneliti mengamati kegiatan subjek ketika subjek berkomunikasi dengan temanya. Subjek tertawa, bercanda, tetapi terkadang juga menyendiri.


3.         Integrasi Data
a.    Aspek Kognitif
Kurang kosentrasi dalam KBM berlangsung.
b.    Aspek Sosial
     Aspek sosialnya bagus dengan interaksi yang baik.
c.     Aspek Emosi
     Kurang bisa menguasai keadaan karena masih labil, terkadang marah
d.    Kondisi keluarga
     Keluarganya sepenuhnya menitipkan subjek ke yayasan
IV.             FORMULASI MASALAH
a.      Dinamika Kasus
1.      Kurang kosentrasi dalam KBM  apapun, disekolah maupun di Madin panti
2.      Kurang percaya diri ketika di depan kelas.
3.      Kurangya mengerti ketika pembelajaran Eksak
V.                Rekomendasi
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh:
1.      Subjek
Manusi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jangan Patah semangat dan merasa minder. Maksimalkan potensi yang baik pada diri subjek dengnan baik.
2.      Keluarga
Selalau memperhatiakn dan memeberikan kabar dengan menjenguknya atau menyakan kabar ke pihak yayasan sebagi bukti cinta kasihnya keluarga ke anak.
3.      Sekolah
Memberikan ruang untuk menyalurkan ketrampilan yang di miliki subjek