Senin, 01 Agustus 2016

BELAJAR DARI GERAKAN SHOLAT


الله اكبر
Shalat lima waktu adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan setiap hari dalam kehidupan kita, karena Sholat merupakan perintah langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW pada saat Isra dan Mi’rajnya Rasulullah SAW. berikut ini adalah hikmah atau rahasia dibalik bacaan dan gerakan shalat yang kita lakukan selama ini.
Makna bacaan dalam shalat
Pada suatu malam lebih kurang satu tahun sebelum Hijrah, Rasulullah Saw. diberangkatkan dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Palestina untuk kemudian dibawa naik ke langit dengan menunggangi seekor Bouraq, ditemani malaikat Jibril.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.Al-Isra(17):1).
Disanalah Rasulullah Muhammad SAW mendapat perintah untuk menjalankan shalat sehari 5 waktu.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah bersabda :”…Lalu Allah mewahyukan kepadaku suatu wahyu, yaitu Dia mewajibkan shalat kepadaku 50 kali sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu dengan Musa as. Dia bertanya, “Apa yang telah difardhukan Tuhanmu atas umatmu?” Aku menjawab, “Shalat 50 kali sehari semalam”. Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melakukannya. Akupun telah menguji dan mencoba Bani Israel”. Maka akupun kembali kepada Tuhanku, lalu berkata, “Ya Tuhanku, ringankanlah bagi umatku, hapuslah lima kali.” Lalu aku kembali kepada Musa seraya berkata, Tuhanku telah menghapus lima kali shalat”. Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup shalat sebanyak itu. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka aku bolak-balik antara Tuhanku dan Musa as hingga Dia berfirman, “Hai Muhammad, yang 50 kali itu menjadi 5 kali saja. Setiap kali setara dengan 10 kali sehingga sama dengan lima puluh kali shalat……”. Akupun turun hingga bertemu lagi dengan Musa as dan mengatakan kepadanya bahwa aku telah kembali kepada Tuhanku sehingga aku malu kepada-Nya”. (HR Muslim).
Jadi dapat disimpulkan betapa tinggi dan istimewanya kedudukan shalat dimata Allah SWT. Namun untuk mengerjakan perintah ini sesungguhnya diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar agar shalat tersebut diterima dan mendapatkan ridho’ Allah SWT.
Ibnu Mas’ud berkata : “Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, “Pekerjaan apakah yang paling utama?. Beliau bersabda : “Shalat tepat waktu”. Saya bertanya, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Berjihad dijalan Allah”. Saya bertanya, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda,”Berbuat baik kepada ibu-bapak”.
Ketika shalat, kita diwajibkan untuk membaca surah Al-Fatihah. Surat ini juga dinamai Ummul-Quran yang berarti ibu atau inti Quran. Membaca Al-Fatihah dalam shalat adalah rukun shalat. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :“Barangsiapa yang mendirikan shalat tanpa membaca Ummul-Quran maka shalatnya tidak sempurna”; “Tidaklah berpahala shalat yang didalamnya tidak dibaca Ummul-Quran”.
Allah bersabda :”Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung”. (QS.Al-hijr(15):87).
Surat yang dimaksud dalam ayat diatas ini adalah surat Al-Fatihah yang terdiri dari 7 ayat, yang wajib dibaca pada setiap rakaat oleh kaum Muslimin ketika shalat.
” Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS.Al-Faatihah(1):1-7).
Surat ini memiliki makna yang amat padat dan mendalam; suatu penghambaan yang dimulai dengan menyebut sifat utamanya, yaitu Pengasih dan Penyayang, pujian yang hanya milik-Nya, yang menguasai hari Pembalasan, yang hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan agar kita tidak tersesat, memohon hidayah dan bimbingan sebagaimana yang telah Ia berikan kepada para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh dan memohon agar kita terhindar dari jalan kebathilan, sebagaimana yang ditempuh kaum Yahudi yang dimurkai-Nya karena tidak memiliki amal dan banyak membunuh para nabi maupun kaum Nasrani yang tersesat karena tidak memiliki pengetahuan yang benar. Jadi sesungguhnya jalan yang dikendaki dan diridho’i-Nya adalah jalan yang berdasarkan pengetahuan yang benar beserta pengamalannya, bukan hanya salah satunya.
Jepang adalah suatu negara yang dikenal luas akan kedisiplinannya. Rupanya masyarakat negri matahari terbit ini sejak lama telah memiliki kebiasaan mengulang-ngulang kalimat tertentu seperti kalimat “ Aku juara! ” seratus kali dalam sehari. Teori ini disebut “Repetitive Magic Power’ yang terbukti mampu merealisasikan apa yang diucapkan tersebut dan menjadikannya motivasi untuk mencapai suatu cita-cita.
Begitu pula dengan shalat. Bacaan yang diulang-ulang yang dimengerti maknanya, apalagi bila dilaksanakan secara khusu’, teratur dan berkesinambungan pasti akan melahirkan manusia-manusia yang penuh ketakwaan. Jadi shalat sebenarnya adalah suatu pembinaan diri yang nantinya akan memberi keuntungan bagi pelakunya, yang dapat memberinya ketenangan batin, kedekatan akan Tuhannya.
Bacaan Syahadat dalam shalat, bacaan yang diucapkan minimal 9 kali dalam sehari dimaksudkan agar kita selalu ingat akan janji untuk hanya menyembah kepada-Nya dan mengakui Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.
Sedangkan makna dibalik ucapan “Allahu Akbar” yang mengawali sahnya shalat seseorang yang berarti “Allah Maha Besar” bila direnungkan dengan penuh kesadaran, sesungguhnya mengandung hikmah suatu penghambaan mutlak hanya kepada-Nya. Dialah yang Maha Besar, kita, manusia adalah kecil. Apapun yang terjadi pada diri kita ini sesungguhnya atas izin dan kehendak-Nya. Kita adalah kecil karena kita tidak memiliki kekuasaan maupun kekayaan apapun dibanding Dia. Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu yang kita miliki tidak ada artinya dengan apa yang dimiliki-Nya. Semua yang ada pada kita sesungguhnya hanya titipan-Nya yang pada saatnya nanti harus dikembalikan dan dipertanggung-jawabkan. Bahkan kitapun tidak memiliki kuasa untuk menolak ketika Ia memanggil kita untuk kembali kepada-Nya dimanapun dan dalam keadaan apapun kita berada. Maka dengan demikian sungguh hanya kepada-Nya kita patut menyembah, memohon bantuan dan berserah diri atas ketetapan-Nya.
Bacaan Allahu-Akbar ini terus kita ulang-ulang paling tidak 5 kali dalam satu rakaat atau berarti minimal 85 kali dalam sehari. Bacaan ini dibaca setiap kali kita merubah gerakan. Hal ini memberi makna bahwa dalam keadaan apapun seperti berdiri, duduk, berbaring, sujud maupun ruku’, ketika kita dalam keadaan susah maupun senang, sakit maupun sehat kita harus senantiasa mengingat kebesaran-Nya.
Demikian pula bacaan lain seperti do’a Iftitah yang dibaca setelah takbiratul Ikhram, sebagai berikut : “…Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS.Al-An’aam(6:162) yang diucapkan dalam shalat kita minimal 5 kali dalam sehari . Adakah kita benar-benar memahami makna ikrar, janji kita tersebut?
Setelah membaca do’a Iftitah, surat Al-fatihah dan salah satu surat ataupun ayat Al-Quran kita rukuk sambil membaca bacaan yang mem-besar-kan nama-Nya. Begitu bangun dari rukuk kita membaca ” Sami’ Allahu liman hamidzah” yang artinya : Allah mendengar siapa yang memuji-Nya“. Artinya kita diingatkan agar dalam shalat bersungguh-sungguhlah karena Ia mendengar kita! Ini harus benar-benar kita yakini.
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang) dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud “.(QS. Asy-Syu’ara(26):217-219).
Berikutnya adalah do’a yang kita ucapkan ketika dalam posisi duduk diantara dua sujud yang diucapkan minimal 17 kali dalam sehari sebagai berikut “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kasihanilah aku dan cukupilah aku dan tinggikanlah aku dan berilah rizki padaku dan tunjukilah aku jalan dan berilah aku sehat dan maafkanlah aku”.
Sadarkah kita bahwa sebenarnya rezeki, kesehatan, jabatan, kemuliaan maupun petunjuk yang ada pada kita ini adalah wujud atau buah dari permintaan dan permohonan yang setiap hari kita mintakan secara berulang kali, yang kemudian dikabulkan-Nya?
Selanjutnya adalah bersujud. Posisi menempelkan dahi, yang merupakan bagian paling bergengsi manusia, ke permukaan terendah di muka bumi ini yaitu, tanah adalah melambangkan tanda syukur kita sebagai mahluk yang sangat kecil dan amat bergantung kepada Sang Pencipta Yang Maha Tinggi diatas sana. Bacaan ’” Subhana Robbiyal ‘Ala” yang berarti “ Segala Puji hanya milik Rob Yang Maha Tinggi “ ini jelas mengisyaratkan hal tersebut.
Shalat ditutup dengan membaca Tahiyatul-akhir, sementara Tahiyatul- awal diselipkan pada rakaat ke 2 untuk shalat-shalat yang ber-rakaat lebih atau sama dengan 2. Bacaan ini berfungsi untuk mempertegas dan mengulang ikrar kita sebagai umat Islam, yaitu bacaan Syahadat. Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Syahadat dilanjutkan dengan shalawat nabi, memohon kepada Allah agar junjungan kita Muhammad saw mendapat tempat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana nabi Ibrahim as. Ini adalah bentuk kecintaan kita kepada sang Rasul yang telah berjasa mengajak manusia kepada jalan yang benar, menjauhkan kita dari kesesatan dan kegelapan.
Begitulah shalat yang diajarkan Rasulullah sebagaimana dicontohkan malaikat Jibril as atas izin-Nya.
Dengan menyadari hal-hal diatas maka seharusnya shalat mampu mengubah prilaku dan cara berpikir seseorang.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Ankabuut(29):45).
Disamping itu penting untuk diingat, bahwa Rasulullah, seorang nabi kesayangan yang walau telah dijanjikan baginya surga, beliau tidak hanya menjalankan shalat wajib yang 5 waktu saja. Beliau banyak mengerjakan shalat sunnah seperti shalat rawatib, yaitu shalat sunah yang menyertai shalat wajib baik yang dilaksanakan sebelum maupun sesudah shalat wajib, shalat duha, shalat qiyamul lail, tahajud maupun shalat sunnah lainnya.
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):45-46).
1. TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke s! eluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
2. RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak
akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulangbelakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.
3. I’TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Itidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
4. SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
5. DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan
dan kekuatan organ-organ gerak kita.
6. SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dan dalam.
 PACU KECERDASAN
Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof . Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa? Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry , AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.
 PERINDAH POSTUR
Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching) . Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan. Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
 MUDAHKAN PERSALINAN
Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
 PERBAIKI KESUBURAN
Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.
Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi! ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
Dan sahabat serangkaian shalat yang kita lakukan juga memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
– Subuh : sarana pertukaran oksigen dalam tubuh
– Dhuha : sarana pembentukan energi
– Dzuhur : sarana pendinginan
– Ashar dan Maghrib : sarana detoksifikasi
– Isya’ : sarana regenerasi sel, dan
– Tahajjud : merupakan sarana akselerator fungsi tubuh.
Wallahu’alam bishawab.

sumber :  https://abunadira.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar