MODUL
BIMBINGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA
MADRASAH
IBTIDAIYAH (MI)
Modul ini disusun guna memenuhi tugas ujian akhir semester
Mata kuliah: Praktikum
Kerja Lapangan
Dosen pengampu:Dr. Casmini, M.Si
Disusun
Oleh:
Fajar Nur Rohmad, S.Pd.I
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
A. DASAR PEMIKIRAN
Bimbingan dan konseling merupakan sebuah
terobosan untuk memberikan bantuan kepada peserta didik (konseli) dengan
kemampuannya sendiri dapat memahami, menerima, mengarahkan, dan mengambil
keputusan diri serta merealisasikannya secara bertanggung jawab sehingga
mencapai sebuah kebermaknaan hidup.
Sementara itu, Supriadi(2004: 207)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses bantuan yang
diberikan oleh konselor/ pembimbing kepada konseliagar konselidapat : (1)
memahami dirinya,
(2) mengarahkan dirinya,(3) memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, (4)
menyesuaikan diridengan lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), (5)
mengambil manfaat daripeluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka
mengembangkan diri sesuai dengan
potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya.
Bimbingan merupakan bagian integral
dari pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian tak
terpisahkan dari tujuan pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional adalah
menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia; memiliki
pengetahuan dan keterampilan; memiliki kesehatan jasmani dan rohani; memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif
(yang mengharuskan) bagisemua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa
memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan
pendidikan tersebut.[1]
Bertolak
dari rumusan Tujuan Pendidikan Nasional, dan tujuan pendidikan dasar dirumuskan
seperangkat tugas-tugas perkembangan yang seyogyanya dicapaioleh peserta didik
MI. Secara operasional tugas-tugas perkembangan murid MI adalah pencapaian
perilaku yang seyogyanya ditampilkan peserta didik MI yang meliputi:
a. sikap dan kebiasaan dalam berimtaq (iman dan taqwa),
b. pengembangan kata hati-moral dan nilai-nilai,
c. pengembangan keterampilan dasar dalam membaca –
menulis - berhitung
(calistung),
d. pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam
kehidupan sehari-hari,
e. belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya,
f. belajar menjadi pribadi yang mandiri,
g. mempelajari keterampilan fisik sederhana,
h. membina hidup sehat,
i. belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan
jenis kelamin, serta
j. pengembangan sikap terhadap kelompok dan
lembaga-lembaga sosial.
Tujuan pendidikan
semestinya diletakkan dalam kerangka gerak dinamis diakletis, berupa tanggapan
individu, sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempatkan dirinya menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang
ada dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi
manusiawi.[2]
Secara khusus, layanan bimbingan di
MI bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial.
Seseorang tidak dilahirkan dalam
keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan
organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang
berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya
dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai
anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri
pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
Pendapat Thorndike dan hogen yang kutip oleh Mustafa Fahmi
(1977) sebagai berikut penyesuain dirimerupakan kemampuan individu untuk mendapatakan kententraman secara internal dan hubunganya dengan dunia sekitarnya.
Penyesuain diri yang berhasil menurut Winarna Surachmad
adalah
1.
Bilamana dengan sempurna memenuhi kebutuhan, tanpa melebihkan yang satu
dan mengurangi yang lain
2.
Bilamana tidak mengganggu manusia lain
dalam memenuhi kebutuhan yang
sejenisnya
3.
Bilamana bertanggung jawab
terhadap masyarakat dimana ia bearada (saling tolong menolong secara positif).
Penyesuaian diri sebagai usaha manusia
untuk mencapai keharmonisan pada dirinya
dan lingkungannya.[3]
Penyesuian diri yang baik
bukanlah kemampuan
beradaptasi dengan cepat semata,
tetapi juga dengan cara –cara yang
sesuai dengan diri dan lingkungan serta
mengarahkan individu untuk mamapu
berbuat yang terbaik dan
mengoptimalkan segala potensi yang
dimilkinya.[4]
Penyesuaian (adjustment ) terdiri
atas tiga komponen dasar yaitu diri sendiri, orang lain dan perubahan.Menurut Duffy dan Atwater (2005) sebagai proses
psikososial dimana individu berperan
dalam mengelola tuntutan hidup sehari-hari dengan memodifikasi diri atau modifikasi lingkungan. [5]
Penyesuaian diri merupakan proses yang meliputi respon mental
dan perilaku yang merupakan usaha individu untuk mengatasi dan menguasai
kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik
agar terdapat keselarasan antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan
atau harapan dari lingkungan di tempat ia tinggal. Berdasarkan beberapa definisi yang
telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan
suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar
terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungan nya.
Penyesuain diri di sekolah merupakan
penyesuian yang tidak dapat dikesampingkan. Karena sekolah adalah wadah bagi
peserta didik dalam mengembangkan
potensinya. Terutama perekembangan
intelegensinya maupun pribadinya. Maka
sekolah harus menumbuhkan penyesuian diri yang baik. Sehingga terwujud:
1. Disiplin dalam
sekolah terhadap peraturan yang ada
2. Pengakuan otoritas pendidik
3. Interes terhadap mata pelajaran
di sekolah
4. Situasi dan fasilitas yang cukup sehingga tujuan sekolah dapat
tercapai.[6]
Penyesuaian yang dilakukan anak-anak Madrasah Ibtidaiyah kelas 1 yang ditemukan adalah anak
masih menangis, jika belum bisa
mengerjakan, mengurangi jam bermain tidak seperti masa-masa sebelumnya. masih
sering terlambat, terkadang mengantuk kalau terlalu lama materi dan belum biasa
mencatat.
Maka dari itu hadirnya modul ini,
bisa membantu anak-anak dalam menyesuaikan diri khusus anak-anak baru pada
tahun ajaran baru.
Dalam penyusunan modul ini dimaksudkan untuk
membantu para mahasiswa yang sedang
praktikum untuk melaksanakan tugasnya, yakni memberikan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah formal. Menguatkan apa yang sudah dijelaskan di kata
pengantar bahwa penyusunan modul ini berangkat dari hasil observasi di madrasah
madrasah baik negeri maupun swasta.
Dalam pemberian layanan Bimbingan Konseling
yang dilakukan ini di jam KBM yaitu di mata pelajaran pengembangan diri. Layanan bimbingan dan konseling dilakukan
maupun diluar jam KBM. Maka modul ini ditujukkan untuk dipraktekkan dalam
keadaan yang kondisional dalam memberikan layanan. Tema besar dalam modul ini
adalah bimbingan penyesuain diri siswa
di Madrasah.
Dalam layanan bimbingan konseling ini, modul
yang dibuat tidak kaku yang artinya modul ini dibuat sesuai kapasitas peserta
didik madrasah Ibtidaiyah. Yaitu konsep
keceriaan selalau ada dalam setiap layanan.
Peserta PPL dituntut aktif dan progresif dalam
melaksanakan pembelajaran yang
fun and
enjoy, hal ini dikarenakan agar anak tidak bosan dan merasa monoton. Dengan
melakukan hal tersebut peserta PPL dapat mencapai apa yang sudah ditentukan.
B.
WAKTU
PELAKSANAKAN
Mengenai jadwal atau banyaknya pertemuan,akan
dilakasanakan pada awal tahun ajaran baru 3 bulan awal masuk madrasah.
Perkiraan pada bulan Juli s.d September. Hal penting yang tidak boleh dilupakan
dalam aksanakan dan menggunakan modul ini adalah bahwa peseta PPL harus belajar
dan mendemonstrasikan kepada teman sejawat tentang materi-materi yang ada dalam
modul ini.
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Materi
1
|
|
|
|
Materi
2
|
|
|
|
Materi
3
|
|
|
|
Materi
4
|
|
|
|
Materi
5
|
|
|
|
Materi
6
|
|
|
|
C. TUJUAN
Modul
yang kami susun ini bertujuan sebagai berikut:
1. Memberikan
gambaran kepada mahasiswa peserta PPL
2. Mengarahkan
mahasiswa peserta PPL agar di lapangan tidak bingung
3. Memberikan
kemudahan kepada PPL mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
D.
PERSYARATAN
PESERTA
Modul ini bisa digunakan bagi mahasiswa PPL yang
di syaratkan dan wajib sudah lulus teori
dan lulus mikro konseling
1. Terdaftar
sebagai mahasiswa jurusan BKI
2. Menguasai beberapa teknik dan pendekatan BKI
3.
Mempunyai kemampuan komunikasi
yang baik (komunikasi konseling), baik verbal maupun non-verbal.
E.
TUGAS
PESERTA
1. Mahasiswa
PPL diharapkan mampu mengembangkan profesionalitas sebagi calon konselor
2. Mahasiswa
PPL diharuskan memenuhi target waktu PPL
3. Mahsiswa
diwajibkan berkoordinasi dengan pembimbing
F. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Petunjuk penggunaan modul
ini :
1.
Bacalah keseluruhan isi bacaan
bahasan dalam kegiatan belajar ini secara menyeluruh terlebih dahulu.
2.
Perkaya dengan refrensi buku yang mendukung.
3.
Perlu memperhatiakan tema, tujuan, dan komponen bimbingan
yang akan diberikan kepada peserta didik
4.
Cobalah mempraktekan terlebih dahulu sebelum
melangsungkan bimbingan
5.
Diskusikan dan konsultasikan kepada teman, guru, dosen
pendamping lapangan sebelum dan setelah melakukan bimbingan.
PERTEMUAN I
Tema :
Observasi
Tujuan :
Mengetahui problem yang ada di lapangan
Indikator :
Peserta PPL dapat mengetahui kondisi di Madrasah
Alokasi Waktu :
2x35 menit
Strategi :
Wawancara dan Observasi
Alat dan Media :
kertas, bolpoint
URAIAN MATERI
Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mendengar
dalam rangka memahami, mencari jawab mencari bukti terhadap fenomena
sosial keagamaan selama beberapa waktu
tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi dengan mencatat, merekam,
dan memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.
PETUNJUK TEKNIS
A. Tahap Awal
1.
Peserta Mahasiswa PPL Berdo’a.
2.
Menyiapakan ATK dan
alat dokumentasi
B. Tahap Inti
1.
Mahasiswa PPL melakukan observasi dengan interview dan
dokumentasi
Contoh
a.
Berapa jumlah guru
b.
Berapa siswa di
madrasah tersebut ?
C. Tahap Penutup
1.
Mahasiswa melakukan analisis kebutuhan berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan
PERTEMUAN II
Tema :
Perkenalan
Tujuan :
Perkenalan mahasiswa PPL ke peserta didik.
Indikator :
Peserta PPL mengenali peserta didik
Alokasi Waktu :
2x35 menit
Strategi :
ceramah, game
Alat dan Media :
-
URAIAN MATERI
Perkenalan mahasiswa kepada peserta didik dengan tepuk
ta’aruf dan menjelaskan kedatangan mahasiswa ke madrasah.
PETUNJUK TEKNIS
A. Tahap Awal
1.
Peserta Mahasiswa PPL Berdo’a.
2.
Menyiapakan ATK dan
alat dokumentasi
B. Tahap Inti
1.
Mahasiswa PPL melakukan perkenalan
Contoh
Tepuk ta’aruf... tepuk
ta’ruf fajar xxx Nur xxx Rohmad
C. Tahap Penutup
1.
Mahasiswa menutup
perkenalan
PERETEMUAN III
Tema :
Mengenal Diri
Tujuan :
Membantu mengenali dirinya
Indikator :
Peserta didik mampu mengenali dirinya
Alokasi Waktu :
2x35 menit
URAIAN MATERI
Mengenal diri adalah peserta didik diajak untuk mengenal
dirinya lebih dalam.
Mahasiswa PPL mengajak siswa untuk mengenal dirinya dengan menyebutkan nama dirinya
secara lengkap, nama panggilan, nama orang tuanya (bapak ibunya, kakak atau
adiknya), alamatnya, cita-citanya.
Kemudian siswa di suruh maju kedepan untuk menyampaikan apa yang di dapatnya
tadi. Dan memeberikan apresiasi kepada
anak tersebut.
PETUNJUK TEKNIS
A. Tahap Awal
1.
Peserta Mahasiswa PPL Berdo’a.
2.
Menyiapakan ATK dan
alat dokumentasi
B. Tahap Inti
Mahasiswa mengambil kertas dan diberiakn kepada siswa
Siswa menulis nama, asal dari
mana kelas berapa, dalam kertas tersebut dan di tempelkan dibangkunya
C. Tahap Penutup
1.
Salam penutup dan Do’a.
PERTEMUAN IV
Tema :
Mengenal sikap positif
Tujuan :
Membantu peseta didik mengenal dirinya yang positif
Indikator :
Peserta didik mampu menyebutkan sikap positif pada dirinya
Alokasi Waktu :
2x35 menit
MATERI
Sikap
Positif adalah sikap yang baik yang dimiliki dirinya misalanya jujur, suka
memberi, suka memaafkan dll
PETUNJUK TEKNIS
A. Tahap Awal
Peserta Mahasiswa PPL Berdo’a.
Menyiapakan
ATK dan alat dokumentasi
B. Tahap Inti
Mahsiswa menulis 20 sifat yang
dimilki manusia positif dan negatif. Peserta didik nnti memilih sikap positif
yang sesuai dengan dirinya. Kemudian di tulis di kertas masing-masing. Anak di
kenalkan sifat positif agar mampu memeberikan manfaat bagi sekelilingnya. Anak
yang masih suka menangis atau manja dilatih agar tidak manja dengan di latih
mandiri.
C. Tahap Penutup
Salam penutup dan Do’a
PERTEMUAN VI
Tema :
Evaluasi
Tujuan :
Mengetahui Ketercapaian Materi
Indikator :
Mengetahui Ketercapaian Materi Yang Disampaiakan
Alokasi Waktu :
2x 35 Menit
Strategi :
-
Alat dan Media :
kertas, bolpoin, papan tulis.
MATERI
Evaluasi ketercapaian Materi ini di gunakan sebagai bahan evaluasi mahasiswa.
Dengan melihat perubahan yang
di alami anak. Adakah perubahan
perilakunya setelah anak
diberikan materi materi selama pertemuan baik di ruang kelas maupun luar
KBM.
PETUNJUK TEKNIS
A. Tahap Awal
Peserta Mahasiswa PPL Berdo’a.
Menyiapakan
ATK dan alat dokumentasi
B. Tahap Inti
Mahasiswa mengadakan evaluasi
baik dari perencanaan dan proses yang dilakukan
C. Tahap Penutup
Salam penutup dan Do’a
PERTEMUAN VII
Tema :
PEMBUATAN LAPORAN
Tujuan :
Melaporkan kegiatan PPL
Kegiatannya yang dilakukan mahasiswa membuat laporan
kegiatan selama PPL, yang digunkan. Agar kegiatan PPL dapat di dokumentasikan
dan dapa di manfaatkan oleh
[1] Asep Suryana dan Suryadi, Modul Bimbingan
dan Konseling, (Jakarta: Kementrian Agama:2009), hal 6
[2] Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, (Semarang: PUSLIT
IAIN Walisongo, 2010), hal. 55
[3]
Siti Sundari, Kesehatan Mental dalam kehidupan, ( Jakarta: Rineka
Cipta,2005), hal.40
[4] Kartika sari
Dewi, Kesehatan Mental, (Semarang: UPT UNDIP. 2012) hal.27
[5] Ibid.
[6]
Siti Sundari, Kesehatan Mental dalam kehidupan… hal. 41
0 komentar:
Posting Komentar