BAB I
PENDAHULUAAN
Dalam kehidupan modern ini telah
kita rasakan dan kita lihatkan tentang arus globalisasi dan moderinsasi yang
telah melahirkan berbagai dampak yang
luar biasa dalam kehidupan manusia. Khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam hal ini manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah Swt, yang diciptakan secara sempurna yang dikarunia akal
pikiran untuk berfikir mampu memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
Kesehatan mental selalu mempersoalkan mental yang dimilki seseorang apakah bermasalah ataukah memiliki kehidupan rohani yang sehat. Hal ini sangat penting dalam kehidupan
sehari hari yang selalu bersinggungan dengan masyarakat. Berbagai tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam
mendorong para ahli ilmu jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah
laku orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat sekalipun dalam kondisi yang
sama.
Kematangan
dan kesehatan
mental berhubungan erat antara satu sama
lainnya dan saling tergantung. Apabila kita bicara tentang keduanya secara
terpisah maka hanya sekadar untuk memudahkan penganalisaannya. Karena sangat
sulit untuk membanyangkan seseorang yang matang dari segi sosial dan tidak
matang dari segi kejiwaan.
Dalam makalah yang sederhan ini,
penulis nanti akan membahas tentang kesehatan mental dalam perspektif tokoh
barat dan Islam. Dimana penulis akan mencoba belajar untuk menemukan perbedaan yang mendasar dalam mengkaji hal
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Kesehatan Mental dan
Kesehatan mental
Sehat secara umum dapat
dipahami sebagai kesejahteraan secara
penuh (keadaan yang sempurna) baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau keadaan
lemah. Sedangkan di Indonesia menurut UU
No. 23/1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial dimana memungkinkan
setiap manusia untuk hidup
produktif baik secara sosial maupun ekonomis.[1]
Jasmani dikatakan sehat apabila energi yang ada mencukupi, daya tahan yang ada
mencukupi, memiliki kekuatan untuk menjalankan aktivitas dan konidsi badan
terasa nyaman dan sehat.
Apabila ditinjau dari etimologinya, kata mental
berasal dari kata latin, yaitu “Mens”
atau mentis artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani,
kesehatan terkandung dalam kata hygien, yang bearti ilmu kesehatan.
Maka kesehatan mental merupakan
bagian dari hygiene mental.[2]
Mental sehat tidak dapat lepas dari
pemahaman mengenai sehat dan sakit secara fisik. Berbagai penelitian
telah mengungkapkan adanya
hubungan antara kesehatan fisik dan
mental individu, dimana pada individu keluhan medis
menunujukkan adanya masalah
psikis hingga taraf ganguan mental. Sebaliknya, individu dengan
gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fungsi fisiknya.
Jasmani yang sehat ditandai oleh ciri
–ciri sebagai berikut: punya energy yang
cukup, ada stamina, memiliki kekuatan untuk bekerja, dan badan senantiasa
merasa nyaman sehat. Sedang orang yang memilki
mental sehat ditandai dengan sifat-sifat
yang khas. Mempunyai kemampuan-kemampuan untuk bertindak secara efisien, memilki tujuan-tujuan hidup
yang jelas, punya konsep diri yang
sehat, ada koordinasi anatara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memilki
regulasi diri dan integrasi kepribadian, dan batinya selalau tenang.[3]
Salah satu definisi Kesehatan Mental adalah kemamapuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Menurut definisi ini seseorang dikatakan bermental sehat apabila ia menguasai dirinya sendiri sehingga terhindar dari tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang menyebabkan frustasi. Untuk mencapai kesehatan mental ini, kita harus mengenal diri sendiri dan bertindak sesuai kemampuann dan kekurangan diri kita. Hal ini berarti bukan mengabaikan orang lain.[5]
B.
Pengertian Kesehatan mental
Perspektif Abraham Maslow
Pandangan Maslow mengenai
manusia bahwa manusia dengan optimis,
memiliki kecenderungan alamiah untuk
bergerak menuju aktualisasi diri. Manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak, memilki kesadaran untuk memilih serta memiliki harapan. Maslow
percaya bahwa kesempurnaan manusia tidak akan tercapai, tetapi ia menyakini
bahwa manusia mampu untuk terus
berkembang dengan luar biasa. Manusia
mempunyai potensi untuk menjadi aktual,
karena kebanyakan manusia akan berjuang
hidupnya untuk memperoleh
makan,rasa aman, ataupun cinta.[6]
Kesehatan mental yang penulis buat
mengenai pendekatan Abraham Maslow yang
merupakan pendekatan mental mengenai
kebutuhan manusia. Sebelum lebih jauh membahas kesehatn mental menurut Abraham Maslow. Akan sedikit paparkan tentang kebutuhan manusia menurut Maslow. Kebutuhan
manusia dapat diartikan sesuatu yang diinginkan atau diperlakukan dalam
kehidupan manusia. Ada kebutuhan berti
ada kekurangan kebutuhan tersebut.[7]
Kebutuhan
manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari:
a.
Kebutuhan
biologis
b.
Kebutuhan
psikologis
c.
Kebutuhan
sosiologis
d.
Kebutuhan
metafisis
Kebutuhan biologis berarti sesuatu yang diperlukan untuk
hidup, kebutuhan fisiologis sesuatu yang diperlukan untuk tumbuhnya organisme terutama diawal
kehidupan sehingga mencapai bentuk yang khas. Untuk mencapai fisik yang sehat
membutuhkan berbagai sarana
yang seimbang.
Kebutuhan psikologis berarti yang diushakan individu untuk memenuhi dorongan-dorongan yang sesuai
dengan keingianan, selera, sehingga,
memuaskan jiwa/mentalnya.
Kebutuhan sosiologis berarti
manusia sebagai makhluk individu sebagai makhluk sosia, maka
terjadi interaksi sosial, saling
membutuhkan tolong menolong, bersahabat, bercinta, mereka saling mengutamkan kerukunan. Bagi Individu yang
sehat mentalnya dalam berinteraksi menerima pengaruh-pengaruh
secara selektif, bahkan dapat memberi andil
dalam menegakkan kerukunan yang
positif dan inovatif.
Kebutuhan metafisis berarti
manusia mempunyai sifat dinamis, otonomi
kemerdekaan. Dengan kemampuan itu manusia
membuat kemungkinan masa
mendatang, membuat rencana yang berarti. Empat kebutuahan itu dalam
pelaksanakanya jalin-menjalin yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian.
Berkenaan dengan pribadi normal dan
sehat, Dr. Kartini kartono mengutip principles of Abnormal Psychology karangan
Maslow dan Mittlema, yaitu sebagai berikut:
1.
Memiliki
rasa aman (sense of security)
yang tepat, mamapu berhubungan
orang lain dalam bidang kerja, pergaulan, dan dalam lingkungan keluarga.
2.
Memiliki
penilaian (self Evaluation) dan wawasan diri yang rasional dengan harga diri yang berlebihan, memilki
kesehatan secara moral dan tidak dihinggapi rasa bersalah.
3.
Mempunyai
spontanitas dan emosional yang tepat. Dia mamapu menjalin relasi yang erat, kuat dan lama seperti persahabatan komunikasi sosial dan menguasai diri sendiri.
Penuh tenggang rasa terhadap orang lain.
4.
Mempunyai
kontak dengan realtas secara efisien
tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan.
5.
Memilki
dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat dan mamapu memuaskannya dengan
cara sehat, namun tidak dipermudak nafsu
sendiri.
6.
Mempunyai
pengetahuan diri yang cukup dengan
memiliki motif hidup sehat dan kesadaran yang tinggi.
7.
Memilki
tujuan hidup yang tepat, wajar, dan
realistis sehingga bisa dicapai dengan
kemamapuan sendiri serta memiliki keuletan
dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi dirisendiri maupun bagi masyarakat pada umumunya.
8.
Memiliki
kemampuan belajar dari pengalaman hidup dalam mengolah dan menerima pengalamnay dengan sikap luwes.
9.
Memiliki
kesanggupan untuk mengekang tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari
kelompoknya sebab dia memeiliki kesamaan
kebutuhan dengan orang lain.
10.
Memiliki sikap emansipasi yang sehat terhadap
kelompok dan kebudayaan.
11.
Memeiliki
integritas dalam kepribadianya, yaitu kebulatan jasmaniah dan rohaniahnya.
Sehingga Kesehatan mental menurut
Maslow adalah pribadi yang sehat adalah pribadi yang tingkat kebutuhanya
terpenuhi baik kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan ingin
memiliki dan cinta, kebutahan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi
diri
C.
Hierarki Kebutuhan Perspektif
Abraham Maslow
Kebutuhan manusia itu sangat
kompleks, namun dapat dicermati dari
macamnya. Hierarki kebutuhan diajukan
oleh tokoh psikologi humanistik yaitu Abraham H Maslow. Pada dasarya Maslow membagi kebutuhan
manusia tediri atas: pertama,kebutuahan
timbul karena adanya kekurangan, pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya tergantung
apada orang lain. Pemenuhan kebutuhan ini
dimulai dari tingkat terbawah, bila berhasil akan dilanjutkan
keperingkat yang makin atas. Untuk
memenuhi tahap demi tahap
memerlukan keshatan mental yang sehat, ulet,
dan gigih. Jadi tidak semua individu meraih tujuh tahapan melainkan pencapaian pemenuhan
kebutuhan itu dipenagaruhi segala kemamapuan yang dimiliki. Kemamapuan mental,
ketrampilan, keuletan dan lain-lain.
Hierarki
kebutuhan Maslow
D.
Kesehatan Mental dalam perspektif Agama Islam
Mental mempunyai pengertian
yang sama dengan jiwa, nyawa, sukma, roh dan semangat. Prof.Dr. Hj Zakiyah
Darajat, mengartikan kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari
gejala-gejala pcnyakit jiwa. Dengan demikian dapat diartikan bahwa orang yang
sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa.
Banyak teori yang dikemukan oleh
ahli jiwa tentang kesehatan mental, misalnya teori humamisme. Sungguhpun
demikian teori tersebut memiliki batasan-batasan dan tidak menyentuh seluruh
dimensi (aspek) dan aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk multidimensional
dan multipotensial. Manusia sebagai
makhluk multidimensional setidak-tidaknya memiliki dimensi jasmani, rohani,
agama, akhlak, sosial, akal, dan seni (estetika). Sedangkan sebagai makhluk
multi potensial manusia memiliki potensi yang amat banyak yang dikaruniakan
Allah SWT kepadanya yang dalam islam terkandung dalam asma ulhusna. Salah
satunya adalah agama.
Islam memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental.
Pandangan islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan
pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam.
Menurut pandangan islam orang sehat
mentalnya ialah orang yang berperilaku, berfikir dan persaanya mencerminkan
sesuai dengan ajaran islam.
Adapun al-Ghazali mengistilahkan
kesehatan jiwa itu dengan tazkiyat al nafs yang artinya identik
dengan iman dan takwa sebagai yang telah dijelaskan. Ia mengartikan tazkiyat al
nafs itu dengan ilmu penyakit jiwa dan sebab musababnya, serta ilmu tentang pembinaan
dan pengembangan hidup kejiwaan manusia, suatu pengertian yang identik dengan
kesehatan jiwa.
Agama sebagai terapi kesehatan mental
dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di
antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah
(QS An Nahl 16:97)
(QS An Nahl 16:97)
Artinya : “ Barang siapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya
akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang Telah mereka kerjakan.
Pengertian tersebut tidak
terbatas pada konsepnya pada gangguan dan penyakit kejiwaan serta perawatan dan
pengobatannya, tetapi juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa manusia
setinggi mungkin menuju kesehatan dan kesempurnaannya sesuai dengan arti kata
tazkiyat itu sendiri dalam pendidikan al-Qur’an. Dengan demikian kesehatan jiwa
itu juga identik bagi al-Ghazali dengan keimanan dan ketakwaan dalam arti tazkiyat
al nafs. Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat ditegaskan
bahwa iman dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat sekali dengan soal
kejiwaan. Iman dan takwa itulah arti psikologi dan kesehatan mental yang
sesungguhnya bagi manusia dalam Islam.
Dalam pengertian yang amat sederhana
mental itu sudah dikenal sejak manusia pertama (Adam), karena Adam as merasa
berdosa yang menyebabkan jiwanya gelisah dan hatinya sedih. Untuk menghilangkan
kegelisahan dan kesedihan tersebut, ia bertaubat kepada Allah dan taubatnya
diterima serta merasa lega kembali. Musthafa Fahmi, sebagaimana yang dikutip
oleh Muhammad Mahmud, menemukaan dua pola dalam kesehatan mental:
Pertama, pola
negatif (salabiy), bahwa kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amarah al-ashabiyah) dan psikosis (al-amaradh al-dzibaniyah).
Kedua, pola positif
(ijabiy), bahwa kesehatan mental
adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap
lingkungan sosialnya. Pola yang kedua ini lebih umum dan lebih luas
dibandingkan dengan pola pertama[9]
Indikator Kesehatan Mental Menurut
Al-Ghazali didasarkan kepada seluruh aspek kehidupan manusia baik habl min Allah, habl min al-nas, dan habl min al-alam. Menurutnya ada tiga
indikator yang menantukan kesehatan mental seseorang yaitu:
a) Keseimbangan
yang terus menerus antara jesmani dan rohani dalam, kehidupan manusia.
b) Memiliki
kemuliaan akhlak dan kezakiyahan jiwa, atau memiliki kualitas iman dan takwa
yang tinggal
c)
Memiliki
makrifat tauhid kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesehatan mental dalam kehidupan
manusia merupakan masalah yang amat penting karena menyangkut soal kualitas dan
kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik orang tidak akan mungkin
mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
Hal itu karena yang bisa menjamin
kebahagian manusia tersebut adalah kejiwaan, kesehatan dan keberagamaan yang
dimiliki manusia. Tiga faktor tersebut sangat sejalan sekali dalam mencapai
kebahagian hidup manusia didunia dan akhirat, karena kebahagian yang harus
dicapai itu tidak hanya kebahagian didunia melainkan juga kebahagian diakhirat
kelak.
Menurut
Pandangan Islam kebahagiaan terbagi kepada dua hal, duniawi dan ukhrawi. Disini
perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan Islam kedua kebahagiaan itu tidak
dapat dipisahkan, sebab kebahagiaan dunia hanyalah jalan kearah kebahagiaan
akhirat, sedangkan kebahagiaan akhirat tidak dapat dicapai tanpa usaha didunia.
Namun memang tumpuan pembicaraan kita disini adalah kebahagiaan di dunia, dan
inilah yang biasanya diberi nama dengan kesehatan mental.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Yusak.1999, Kesehatan
Mental,Bandung: Pustaka Seti
Dewi, Kartika Sari. 2012, Bahan
ajar Kesehatan Mental, Semarang: UPT
Undip Press.
Fahmi, Mustafa 1977. Kesehatan
Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:
Bulan Bintang,
Karton, Kartini, 2000 Hygiene
Mental, Bandung: Mandar Maju.
Rahmat Dede, Psikologi Kepribadian dalam konseling
Ramayulis,Haji,2002. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Sundari, Siti . 2005Kesehatan Mental Dalam Kehidupan,
Jakarta : Rineka Cipta.
[2]
Yusak Burhanuddin. Kesehatan Mental,(Bandung:
Pustaka Seti, 1999), hal.9
[3]
Kartini Kartono, Hygiene Mental,(Bandung:
Mandar Maju, 2000), hal.6
[4]
Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) , hal 20
[5] Yusak
Burhanuddin. Kesehatan Mental ….hal 11
[6] Dede Rahmat,
Psikologi Kepribadian dalam konseling, hal 165
[7] Siti Sundari,
Kesehatan Mental Dalam Kehidupan,( Jakarta : Rineka Cipta, 2005) hal. 28
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus