skip to main |
skip to sidebar
-
bagi orang yang pandai bersyukur, apapun yang kau berikan pada mereka akan tampak seperti permata yang berkilauan. Apapun yang kau berikan akan membuatnya bahagia, dan engkaupun ikut bahagia melihatnya tersenyum.
-
Mari kita bersungguh-sungguh menjaga lisan kita dari perkataan yang kotor dan tiada berguna. Jauhkan diri kita dari celetukan-celetukan. Tahan lisan kita dari komentar-komentar yang tidak perlu, ungkapan yang mengutuki keadaan.Berkata baik dan benar adalah ciri dari orang beriman, semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin yaa Robbal ‘aalamin.
PAK PRESIDEN SUKARNO
Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.
Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
angunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan.
Tidak
seorang pun yang menghitung-hitung, berapa untung yang kudapat nanti
dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
Bangsa
yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak
dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka. (Pidato HUT Proklamasi
1963 Bung Karno)
Jadikan deritaku ini sebagai
kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya.
Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas
segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila
di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat
suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan
bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
Firman
Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu :
“Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma
biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum
bangsa itu merobah nasibnya. (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
Laki-laki
dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap
sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang
setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak
dapatlah terbang burung itu sama sekali.
Kita
belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa
pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali. (Pidato HUT Proklamasi,
1949 Soekarno)
Janganlah melihat ke masa depan
dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi
kaca bengala dari pada masa yang akan datang. (Pidato HUT Proklamasi
1966, Soekarno)
Janganlah mengira kita semua
sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap
tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan
mengucurkan sebanyak-banyak keringat. (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung
Karno)
Aku Lebih suka lukisan Samodra yang
bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem
ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase”. (Pidato HUT
Proklamasi 1964 Bung Karno)
Apakah Kelemahan
kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai
bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang
mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat
Gotong Royong”. (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.
Negara
Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik
sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan
adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!
Apakah
kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah
yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup
pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi
yang cukup memberi sandang pangan kepadanya?
Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad 'Merdeka, merdeka atau mati'!
Di
seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun
masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.
0 komentar:
Posting Komentar